Bagi yang melihatnya, sering ia dikatakan sebagai gambar batik, ornamen,
tangle, floral, abstrak, dan lain-lain. Tapi saya tetap menyebutnya Vignette.
Dengan berbagai nama sebutan yang dikatakan mirip dengannya, vignette tetap
memiliki ciri khas tersendiri.
Gambar Vignette (baca: vinyet), adalah gambar yang berfungsi untuk menghias atau mengisi kolom atau
halaman kosong pada majalah atau surat kabar. Vignette merupakan stilasi atau penggayaan
atau pengembangan dari bentuk-bentuk.
Menurut
KBBI, vignette didefinisikan
sebagai berikut.
¥ Bentuk hiasan dalam seni grafika dan arsitektur yg diambil dari bentuk
tumbuhan merambat, daun, dan sebaainya.
¥
Goresan atau potret kecil pada bidang tepi
sekeliling halaman buku.
Kata vignette berasal dari bahasa Perancis yaitu “vignette” yang
berarti batang anggur. Di Perancis
sendiri vignette merupakan seni hias buku, yang biasanya bentuk hiasan tersebut
digunakan dalam seni grafika atau arsitektur, ada juga yang mengartikan vignette
sebagai sebuah sketsa dengan gambar yang unik dan dekoratif. Vignette ini
merupakan salah satu karya seni rupa yang banyak digemari para remaja Indonesia
pada era 70-an yang digunakan sebagai media ekspresi.
Stilasi daun/ pohon merambat adalah ciri khas vignette, ditambah
pengulangan bentuk dasar atau garis. Bentuk manusia dan hewan juga tidak salah.
Ciri lain adalah, bercorak dekoratif sehingga terlihat flat. Di Indonesia, vignette
pernah berjaya pada tahun 1970-1990an awal. Banyak majalah gaul maupun majalah
sastra dan surat kabar di masa itu memuat gambar vignette untuk mengisi ruang
kosong di sela-sela rubrik-rubriknya, terutama rubrik sastra/ puisi.
Disela-sela rubrik puisi, vignette muncul selain untuk mengisi ruang kosong juga
menjadi pemanis bernilai artistik.
Vignette sering tidak
terprediksi ujungnya, kemudian kehilangan eksistensinya setelah problem ruang
kosong kemudian diatasi oleh software semacam Page Maker, atau Indesign versi
terbarunya. Software tersebut mempunyai kemampuan mengatur huruf sedemikian
rupa sehingga problem jarak antar huruf, atau antar kalimat yang menyebabkan
naskah menggantung dan ruang kosong bisa diatasi.
Saat ini, tidak ditemukan
lagi jejak gambar vignette di koran atau majalah pop. Mungkin kesan jadul
gambar Vignette yang membuatnya seperti tidak layak untuk ditampilkan di koran
atau majalah modern. Mungkin, perlu tafsir visual ulang terhadap vignette agar
bisa tampil lagi di majalah dan koran, eksis sebagai seni gambar yang utuh,
tetapi tidak melupakan fungsi awal, sebagai pemanis kekosongan ruang. Atau, jangan-jangan, kita bisa menggunakan
medium visual vignette yang secara umum visual yang dimunculkan adalah nuansa
liris, kontemplatif, atau imajinatif cenderung romantik, sebagai alat terapi
bagi yag sedang galau?
0 comments:
Post a Comment